2014

Saturday 8 March 2014

MENYULAP INGATAN


Para psikolog telah berkutat pada strategi-strategi mental yang dapat meningkatkan kemampuan kita untuk memperoleh informasi, menyimpannya dalam memori selama mungkin, danmengingatnya kembali. Mari kita mulai dengan proses pemerolehan informasi, yakni pengubahan dari sesuatu yang kita lihat dan dengar menjadi sesuatu yang masuk ke ingatan kita.
Pikiran kita berjalan tidak seperti kamera video yang secara pasif merekam segala yang terjadi di sekitar kita. Untuk mendapatkan informasi secara efektif, kita perlu secara aktif menyulapnya.
Salah satu cara menyulap ingatan adalah pelatihan pengulangan (rehearsal). Caranya: mengulang-ulang informasi yang perlu kita pelajari kepada kita sendiri. Selama ini, kita mungkin telah menggunakan strategi ini. Namun, para psikolog menemukan bahwa sebagian jenis pelatihan pengulangan itu lebih baik daripada jenis lainnya.
Salah satu strategi yang lebih baik itu adalah pelatihan pengulangan berrentang-waktu(spaced rehearsal). Dengan strategi ini, kita mengulang penyebutan suatu informasi kepada kita sendiri dalam rentang-waktu yang semakin meningkat. Misalnya, kita ingin mengingat alamat blog ini. Kita berkata kepada diri sendiri: "STAI AL GAZALI BONE". Sekitar 15 detik kemudian, kita menyebutkannya lagi: "STAI AL GAZALI BONE". Kira-kira 30 detik setelah penyebutan yang kedua ini, kita menyebutkannya lagi kepada diri sendiri: "STAI AL GAZALI BONE". Lalu sekitar 60 detik seusai penyebutan yang ketiga ini, masih kepada diri sendiri kita ulangi penyebutan alamat blog kita ini: "STAI AL GAZALI BONE". Akhirnya, kira-kira dua atau tiga menit selepas penyebutan yang keempat ini, sekali lagi kita ucapkan kepada diri sendiri alamat blog kita, : "STAI AL GAZALI BONE".
Sejumlah penelitian menunjukkan, jenis pelatihan pengulangan dengan rentang-waktu itu meningkatkan hasil pembelajaran lebih banyak daripada pelatihan pengulangan penyebutan nama tanpa rentang-waktu pengulangan. Kita bisa menerapkan teknik ini untuk nama, tanggal, definisi, dan materi kuliah terbuka lainnya dari berbagai universitas internasional.

Disadur dari : http://kuliah3.blogspot.com

KETERAMPILAN DALAM KECERDASAN EMOSIONAL


Mencerap Emosi

Pondasi kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mencerap emosi diri Anda sendiri dan emosi orang-orang lain. Tidak seperti orang-orang yang kehilangan kemampuan untuk membaca, orang-orang yang cerdas secara emosional itu menyimak perasaan mereka sendiri. Mereka mampu mengenali dengan cepat kalau-kalau mereka marah, dengki, merasa bersalah, atau pun merasa depresi. Ini berharga karena banyak orang memiliki emosi yang terpecah-belah tanpa mampu menunjukkan mengapa mereka merasa tidak nyaman. Pada saat yang sama, orang-orang yang cerdas secara emosional itu memiliki empati. Mereka secara akurat mencerap emosi orang-orang lain dan mengerti apa yang mereka rasakan. Mereka lihati "membaca" ekspresi wajah, nada suara, dan tanda-tanda emosi lainnya.

Memakai Emosi

Orang-orang yang cerdas secara emosional itu memakai perasaan mereka untuk meningkatkan pemikiran dan pengambilan keputusan. Contohnya, kalau Anda dapat mengingat bagaimana Anda bereaksi secara emosional pada masa lalu, ini dapat membantu Anda bereaksi dengan lebih baik terhadap situasi-situasi baru. Anda dapat pula memakai emosi untuk mendorong pengembangan pribadi dan mengembangkan hubungan dengan orang-orang lain. Sebagai misal, bisa Anda perhatikan bahwa menolong orang lain menjadikan Anda merasa lebih baik juga. Secara demikian, bila keberuntungan menghampiri mereka, orang-orang yang cerdas secara emosional itu berbagi kabar dengan orang-orang lain. Melakukan itu hampir selalu memperkuat hubungan dan meningkatkan kebugaran emosional.

Memahami Emosi

Emosi mengandung informasi yang berfaedah. Misalnya, kemarahan merupakan isyarat bahwa sesuatu keliru; kecemasan menunjukkan ketidakpastian; depresi berarti kita merasa tak berdaya; antusiasme kita memberitahu bahwa kita bergairah. Orang-orang yang cerdas secara emosional itu tahu apa yang menyebabkan berbagai emosi, apa maknanya, dan bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku.

Mengelola Emosi

Kecerdasan emosional meliputi suatu kemampuan untuk mengelola emosi Anda sendiri dan emosi orang-orang lain. Contohnya, Anda tahu bagaimana menenangkan diri ketika Anda marah dan Anda juga tahu bagaimana menenangkan orang lain. Sebagaimana telah diperhatikan oleh Aristoteles sejak dahulu kala, orang-orang yang cerdas secara emosional itu memiliki kemampuan untuk menguatkan atau pun melemahkan emosi-emosi, tergantung pada situasinya.

PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL


Aristoteles sang filsuf Yunani punya resep untuk menangani hubungan-hubungan [antarmanusia] dengan lancar: "Marahlah dengan orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, pada saat yang tepat, untuk maksud yang tepat, dan dengan cara yang tepat." Psikolog Peter Salovey dan John Mayer menyebut pengendalian diri semacam itu kecerdasan emosional, suatu kemampuan untuk mencerap, memakai, memahami, dan mengelola emosi. Pada umumnya, menjadi cerdas secara emosional itu berarti menerima bahwa emosi merupakan bagian mendasar dari siapa kita dan bagaimana kita bertahan hidup. Menjadi terampil secara emosional itu dapat menjadikan kita lebih lentur, mudah menyesuaikan diri, dan dewasa secara emosional.
Orang-orang yang unggul dalam kehidupan cenderung cerdas secara emosional. Jika emosi kita merupakan musik kehidupan, maka orang-orang yang cerdas secara emosional itu merupakan musisi yang hebat. Mereka tidak melumpuhkan emosi mereka. Alih-alih, mereka menggubahnya menjadi irama-irama kehidupan berkelanjutan yang saling bertautan dengan baik dengan orang-orang lain. Mereka lebih mudah sepakat daripada orang-orang dengan keterampilan emosional yang rendah.
Bahkan, ongkos keterampilan emosional yang payah itu bisa tinggi. Ongkosnya berkisar dari masalah perkawinan dan pengasuhan anak sampai kesehatan fisik yang payah. Kurangnya kecerdasan emosional dapat meruntuhkan karir dan menyabotase prestasi. Barangkali yang paling terpengaruh ialah anak-anak dan remaja. Bagi mereka, memiliki keterampilan emosional yang payah itu dapat turut menyebabkan depresi, kelainan makan, kehamilan yang tak diinginkan, agresi, kejahatan dengan kekerasan, dan prestasi akademik yang jelek. Jadi, di banyak situasi kehidupan, kecerdasan emosional itu sepenting IQ.

Disadur dari :http://kuliah3.blogspot.com/2013/09/pengertian-kecerdasan-emosional-itu-apa.html

PENGERTIAN RKH


 RKH merupakan penjabaran dari rencana kegiatan mingguan  (RKM).RKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun kalsikal dalam satu hari.RKH terdiri atas :
1.       Kegiatan pembukaan (awal)
Merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klsikal.Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain, berdoa/mengucap salam, membicarakan tema atau sub tema dan sebagainya.
2.       Kegiatan inti
Merupakan kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian anak, kemampuan, sosial dan emosional anak.Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif , kemandirian dan kreativitas anak, serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengertian-pengertian, konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan secara individual atau kelompok.

3.       Istirahat/makan
Merupakan kegiatan yang digunakan  untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan, misal mengenal kesehatan, makanan yang begizi,tata tertib makan yang diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan.Setelah makan, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan diluar kelas dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi. Kegiatan ini disesuaikan dengan kemauan anak, anak makan kemudian bermain atau sebaliknya anak bermain dahulu kemudian bermain.
4.       Kegiatan penutup
Merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal.Kegiatan yang dapat diberikan pada kegiatan akhir,misalnya membaca cerita dari buku,mendramatisasikan suatu cerita,mendiskusikan kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok hari, bernyanyi, berdoa dan sebagainya. 

                RKH terbagi menjadi 2 bentuk yaitu:
·         RKH model pembelajaran kelompok
·         RKH model pembelajaran berdasarkan minat

§                                      Komponen RKH
1)      Hari, Tanggal dan waktu
2)      Indikator
3)      Kegiatan pembelajaran
4)      Alat/sumber belajar
5)      Penilaian perkembangan peserta didik
§      Langkah menyusun RKH model pembelajaran kelompok
1)      Memilih indikator sesuai dengan RKM untuk dimasukan kedalam RKH.Penulisan indikator dalam RKH dilengkapi diberi keterangan “bidang pengembangan”
2)      Memilih kegiatan yang sesuai dalam RKM untuk mencapai indikator yang dipilih dalam RKH
3)      Memilih kegiatan kedalam kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir.Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam kelompok sesuai dengan program yang direncanakan
4)      Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih
5)      Memilih alat/sumber yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
6)      Memilih dan manyusun alat penilaian yang dapat mangukur ketercapaian indikator
7)      Merencanakan penataan lingkungan belajar dan bermain
§                              Langkah menyusun RKH model pembelajaran berdasarkan minat
1)      Memilih dan menata kegiatan ke dalam RKH
2)      Memilah kegiatan yang dipilih ke dalam kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir
3)      Pada kegiatan inti,kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan minat (area) yang akan dilaksanakan
4)      Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih
5)      Memilih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
6)      Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur ketercapaian hasil belajar atau indikator

PENGERTIAN SILABUS


Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan berikut.:
1.      Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran
2.      kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan / membentuk kompetensi tersebut
3.      upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian.

BEASISWA 2013


INFO BEASISWA 2013

Berdasarkan Surat Direktur Diktis An. Dirjen Pendis Kemenag RI Nomor Dt.I.IV/3/HM.00/2013 tanggal 27 Juni 2013 tentang Kuota Bantuan Pendidikan Bagi Mahasiswa Miskin dan Pengumuman Direkfur Diktis An. Dirjen Pendis Kemenag Nomor Dj.I.Dt.I.IV/PP.00.9/l683/2013 tentang Bantuan Pendidikan Bagi Mahasiswa Miskin dengan ketentuan sebagai berikut :

1.      Warga negara Indonesia yang berumur maksimal 30 tahun.
2.      Mahasiswa dari Program Studi PTAIS yang telah terakreditasi.
3.    Mahasiswa aktif dan memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang masih berlaku bukan mahasiswa cuti akademik atau mahasiswa tanpa keterangan).
4.      Diutamakan bukan penerima bantum pendidikan mahasiswa niskin pada tahun 2012.
5.      Tidak sedang atau tidak diusulkan memperoleh beasiswa lainnya pada tahun 2013.
6.      Berakhlak mulia dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi.

Adapun persyaratan yang harus dilampirkan adalah :

1.      Fotocopy Kartu Keluarga Miskin atau Surat Keterangan Tidak Mampu dari Lurah/Kepala Desa.
2.      Indeks Prestasi Kumulatif/IPK minimal 2,75 yang dibuktikan dengan Keterangan dari Pimpinan PTAIS atau Pimpinan Prodinya.
3.     Surat Keterangan Tidak Sedang Menerima atau Tidak Sedang Diusulkan Menerima Beasiswa Lainnya dari Pimpinan PTAIS.
4.      Surat Keterangan Berahlak Mulia dari Pimpinan PTAIS.
5.      Surat Keterangan Mampu Baca Tulis Al-Qur'an dari Pimpinan PTAIS.
6.      Buku rekening


Pendaftaran paling lambat tanggal 25 Juli 2013 dan berkas dikumpulkan pada bagian akademik.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU MENURUT AHLI


Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)
  • Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
  • Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
  • A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
  • Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
  • May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
  • Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
  • Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :

  • Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
  • Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
  • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)

FUNGSI FILSAFAT ILMU


Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
  • Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
  • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
  • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

FAKTA / KENYATAAN


Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
  • Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
  • Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
  • Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
  • Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
  • Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.

Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.

KEBENARAN


Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
b.Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c.Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d.Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
e.Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
f.Kebenaran struktural paradigmatik

Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.

PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI




Diskursus rnengenai kontribusi pendidikan Islam dalam upaya pengembangan sumber daya insani yang purna dan komprehensif serta konrtibusinya dalam upaya pengentasan masalah kemanusiaan pada umumnya, tentulah tidak dapat dilepaskan dan pembicaraan yang objektif mengenai kedudukan dan posisi pendidikan Islam dalam konstelasi dunia pendidikan pada umumnya. Secara konsep pendidikan Islam diyakini memiliki kemampuan untuk mempersiapkan sumber daya insani yang kaffah dan tangguh dalarn setiap perkembangan zaman termasuk dalam menghadapi tantangan zaman dewasa ini yang ditandai dengan derasnya arus globalisasi yang menterpa semua negara dan bangsa di dunia.
Salah satu dampak langsung globalisasi adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan bidang ini terus berlangsung bahkan pada abad ke-21 ini telah terjadi loncatan penting. Penemuan dan penciptaan ilmiah muncul silih berganti dan makin kerap, melipat dua setiap lima tahun. Proses globalisasi juga memunculkan perkembangan dalam industri. Perkembangan industri menuntut penemuan dan inovasi-inovasi baru bagi produk industri, kehadiran laboratorium-laboratorium bagi penelitian hasil-hasil temuan teknologi untuk dipasarkan, tuntutan kehadiran para ilmuwan yang mempunyai kemampuan berpikir analitik dan saintifik serta kemampuan riset dari yang sederhana ke yang kompleks. Kemampuan untuk terus berinovasi semacam itu jelas memerlukan jawaban konkret dunia pendidikan.
Selain itu, di era global ini manusia seolah telah menjadi satu komunitas yang saling pengaruh mempengaruhi antara satu sama lain. Karena itu, kehidupan global menuntut penguasaan teknologi informasi yang merupakan faktor penting bagi eksistensi suatu komunitas, bangsa dan bahkan ummat. Adanya berbagai penemuan dalam bidang toknologi informasi dan komunikasi menyebabkan kekuasaan negara dalam arti teritorial menjadi semakin kabur. Teknologi informasi dan komunikasi juga dapat berpengaruh secara luas dalam bidang pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Kita saat ini, misalnya, dapat juga memanfaatkan suatu proses pendidikan yang bersifat maya (virtual) yang belum pernah ada sebehmmya. Hal ini membawa implikasi bahwa pendidikan Islam harus mampu mempersiapkan generasi ummat menjadi komunitas yang unggul (khaira ummah) dalam menghadapi kehidupan global yang semakin lama semakin menggantungkan diri pada teknologi informasi dan komunikasi.
 Oleh karena tidaklah salah bila dikatakan bahwa kelangsungan hidup suatu bangsa tanpa kecuali  dihadapkan pada kemampuan interaksinya dengan memanfaatkan teknolgi informasi dan komunikasi tersebut dalam percaturan antarbangsa. Dan itu pulalah sebabnya banyak pandangan yang menyatakan bahwa globalisasi yang melanda masyarakat dunia saat ini selain membuka peluang-peluang (opportunities) yang besar untuk pengembangan potensi juga merupakan tantangan (threats) bagi setiap bangsa untuk bagaimana tetap dapat eksis dan bahkan berkembang di tengah-tengah perubahan yang cepat.
Mencermati perkembangan peradaban manusia sebagaimana dipaparkan di atas, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan motor penggerak utama anrus globalisasi, maka jika tidak ingin menjadi korban gelombang besar dunia, maka peran yang harus dilakukan sektor pendidikan, khususnya pendidikan Islam adalah menyiapkan para lulusan yang memiliki kemampuan sains dan teknologi yang handal serta dikawal oleh keimanan dan ketaqwaan. Karena era global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, ironisnya, mengabaikan nilai-nilai moral dan agama, yang disebabkan kecenderungan dunia modern ke arah rasionalisme, materialisme, pragmatisme, positivisme yang menyebabkan manusia modern mengalami krisis moral dan spiritual.
Tantangan zaman modern, bagaimanapun menuntut respon yang tepat dari sistem pendidikan Islam secara keseluruhan. Jika suatu masyarakat bangsa atau ummat tidak ingin hanya sekedar survive di tengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat tetapi juga berharap mampu tampil di depan, maka reorientasi pemikiran mengenai pendidikan Islam, dan. restrukturisasi sistem dan kelembagaan, jelas merupakan keniscayaan. Cara pandang yang menganaktirikan ilmu pengetahuan dan teknologi tampaknya tidak bisa dipertahankan lagi.
Mencapai semua itu tentu tak semudah mengatakannya. Hal ini disebabkan karena posisi pendidikan Islam kita secara real saat ini masih menunjukkan adanya berbagai kelemahan yang karenanya pula membuat dunia Islam belumlah mampu menyejajarkan diri apalagi unggul dalam percaturan modern global. Agaknya kita tak perlu menutup bahwa problem besar yang dihadapi dunia Islam adalah masalah mutu pendidikan. Dalam kaitan ini agaknya kita harus dapat menerima kenyataan bahwa berdasarkan berbagai laporan jurnal internasional mengenai mutu pendidikan tidak satupun negara Islam masuk dalam ranking papan atas, dan bahkan sebagian besarnya berada pada urutan papan bawah, Dan terkait dengan itu pula indeks mutu sumber daya manusia (Human Development Indeks) serta negara-negara Islam juga berada pada peringkat yang belum membanggakan. Walaupun demikian sehagai ummat yang memiliki potensi besar, dunia Islam optimis akan dapat mencapai cita-cita besar.
Kita melihat bahwa untuk mampu berkompetisi dalam percaturan global, dunia Islam sudah barang tentu. tidak boleh lagi mengabaikan upaya serius bagi pembenahan secara sistematis dan substantive dalam berbagai aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan sektor pendidikan. Dan pembenahan itu agaknya tidak lagi dapat ditunda-tunda dan bahkan harus dilakukan secara akse dan terukur yang kesemuanya itu diorientasikan pada peningkatan pencapaian mutu kompetitif para lulusan lembaga-lembaga pendidikan Islam pada semua tingkat dan jenjang.
Upaya pembenahan sebagaimana disebutkan diatas diakui bukanlah sesuatu yang mudah tapi cukup berat kalau tidak mau dikatakan sangat berat mengingat kondisi real yang dihadapi dan yang dialami oleh dunia pendidikan khusunya pendidikan Islam sebagainiana yang digambarkan di atas. Kondisi tersebut masih diperparah pula oleh aspek diluar pendidikan Islam tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan pendidikan Islam. Katakanlah diantaranya adalah aspek ekonorni, sosial budaya dan politik yang pada umumnya belum dapat menunjang dan berpihak kepada penguatan pendidikan Islam pada berbagai belahan dunia Islam. Oleh karena itu agaknya ada benarnya pandangan yang menyatakan bahwa bila pendidikan Islam ingin masuk dalam kancah persaingan global maka upaya peningkatan kapasitas dan standar mutu merupakan keniscayaan. Dan hal ini sudah barang tentu akan melibatkan upaya pembenahan dan bahkan perombakan yang intensif dan substantive terhadap semua komponen yang terkait dalam sistem pendidikan. Hal ini sudah jelas akan mendorong pelaku pendidikan Islam untuk tahap yang paling awal melakukan semacarn “pembedahan” yang komprehensif terhadap semua aspek yang berkaitan denga penyelenggraan pendidikan.
Untuk menyebutkan sebagian tanpa mengecilkan aspek lainnya duna pendidikan Islam perlu memberikan perhatian pada aspek-aspek mulai dari reorientasi konsep, restrukturisasi sistem dan kelembagaan, sampai pada rekonseptualisasi epistemologi ilmu pengetahuan yang berdampak pada perubahan dan pengembangan kurikulum, penguatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, kepemimpinan dan manajemen pendidikan serta aspek-aspek lainnya yang bersifat teknis dan operasional.

PERANAN PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM




Setelah diuraikan sejauh mana pentingnya pengembangan pendidikan Islam dengan menyoroti keberadaan pendidikan Islam dalam koteks pembentukan manusia seutuhnya. Demikian pula usaha yag dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pendidikan Islam tersebut, yang tentunya menjadi tanggung jawab kita semua, termasuk para pemuda dan pelajar.
Maka dalam bagian ini akan diuraikan sejauh mana keterlibatan pemuda maupun pelajar dalam usaha pengembangan pendidikan Islam. Dengan kata lain aktivitas apa yang tidak dilaksanakan oleh para pemuda maupun pelajar islam yang berorientasi pada pengembangan pendidikan Islam.
Pemuda dan pelajar sebagai kelompok atau bahagian yang tak terpisahkan dalam sistem kemasyarakatan. Masalah- masalah apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di mana pemuda dan pelajar itu hidup (berada), menjadi masalah pemua dan pelajar itu juga, dalam hal ini pemuda dan peljar harus ikut bertanggung jawab untuk memecahkan persoalan yang dihadapkan oleh masyarakatnya.
Dalam mengamati partisipasi atau keikut sertaan pemuda dan pelajar dalam era pembangunan dewasa ini sudah tidak dapat disangsikan lagi diberbagai sektor pembangunan baik dalam wujud material maupun di bidang spiritual sudah terjangkau oleh tangan-tangan remaja.
Partisipasi aktif pemuda dan pelajar dalam berbagai kehidupan pada hakekatnya merupakan tuntutan dari perkembangan pemuda dan pelajar itu sendiri, seperti diketahui bahwa proses pemuda dan pelajar itu berkembang dengan adanya dan muncul perkembangan pada pertumbuhan jiwa sosial dan keagamaan serta rasa solidaritas yang tinggi.
Dalam hal ini Dr. Zakiah Darajat mengungkapkan :

Perhatian dan minat pemuda dan pelajar terhadap kepentingan masyarakat sangat besar. Kesusahan dan penderitaan orang dalam masyarakat akan menyebabkan mereka merasa terpanggil untuk membantu atau memikirkannya.[1]
Pertumbuhan jiwa sosial itulah yang menyebabkan pemuda dan pelajar senantiasa mendapatkan status yang pasti dalam masyarakatnya. Pemuda dan pelajar berusaha membawakan peranan-peranan sosial dan keagamaan dalam masyarakatnya.
Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan partisipasi aktif pemuda dan pelajar di dalam menunjang kesuksesan pembangunan di bidang mental spritual, khususnya dalam pengembangan pendidikan Islam, maka penulis akan menggunakan data-data secara terurai terhadap bidang usaha yang diperogramkannya, data-data ini penulis angkat dari penagamatan langsung maupun melalui wawancara dengan dengan berbagai informan yang ada di kab. Bone.
Usaha–uasaha yang diprogramkan dalam hal pengembangan pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.  Di lingkungan sekolah (pendidikan formal)
Dari pengamatan penulis dapat mengetahui diantara pendidik dalam bidang studi Agama Islam mayoritas dari kalangan Pemuda dan pelajar itu sendiri, baik yang diangkat berdasarkan surat Keputusan, maupun yang semata-mata ingin mengabdikan diri dalam rangka usaha pengembangan pendidikan Islam. Pendidik dan guru yang rata dari kalangan pemuda dan pelajar umumnya diambil dari tammatan ssekolah-sekolah Islam.
2.  Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal).
Aktifitas pemuda dan pelajar dalam hal pengembangan pendidikan Islam di lingkungan masyarakat antara lain adalah :
a.      Mendirikan wadah pada beberapa masjid yang dikenal dengan istilah "Remaja Masjid", wadah remaja ini mempunyai kegiatan di bidang sosial dan keagamaan. Diantara kegiatan yang dilakukan oleg remaja masjid adalah:
1.      Mengadakan latihan dan praktek keagamaan, seperti praktek wudhu', tayammum dan shalat.
2.      Mengadakan latihan dasar-dasar kepemimpinan dalam Islam.
3.      Mengadakan ceramah-ceramah keagamaan, terutamadalam bulan suci Ramdahan.
4.      Menghafal ayat-ayat suci al-Qur'an.
5.      Mengadakan bimbingan bahasa arab.
b.      Pembentukan kelompok-kelompok pengajian yang disponsori oleh pemuda dan pelajar.
Kegiatan-kegiatan yang menonjol terutama mengadakan ceramah da'wah Islamiyah dengan mengundang da'i yang terkenal atau yang berbobot.
c.       Pembentukan wadah kepramukaan.
d.     Pembentukan karan taruna yang sasaran utamanya aksara Arab.
3.  Di lingkungan keluarga (pendidikan in formal).
Di lingkungan keluarga juga pemuda dan pelajar jugsa berperan dalam pengembangan pendidikan Islam. Pemuda dan pelajar mengajar adik-adiknya membaca al-Qur'an disamping memberikan dasar-dasar agama secara praktis. Bahkan ada dikalangan pemuda dan pelajar mengambil inisiatif membuka pengajian dasar al-Qur'an di rumahnya. Keseumuanya itu tentunya mempunyai dampak positif bagi usaha pengembanagn pendidikan Islam.
Demikianlah pemaparan beberapa fakta-fakta yang menunjukkan keterlibatan kalangan pemuda dan pelajar dalam hal pengembangan pendidikan Islam. dari data yang penulis dapatkan kemudian kemukakan terlihat bahwa keterlibatan pemuda dan pelajar dalam usaha pengembangan pendidikan Islam, telah meliputi lingkungan in formal, formal dan non formal. Hal ini menunjukkan kebutuhan kita dan urgensi dari eksistensi peranan pemuda dan pelajar dalam hal konteks pengembangan pendidikan Islam.


[1] Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Cet.IV; Jakarta; Bulan Bintang, 1976),h.148